Insomnia
adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik kualitas maupun
kuantitas. Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia inisial atau tidak dapat
memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa mempertahankan tidur atau
sering terjaga dan insomnia terminal atau bangun secara dini dan tidak dapat
tidur kembali .
Untuk
menyembuhkan insomnia, maka terlebih dahulu harus dikenali penyebabnya.
Artinya, kalau disebabkan penyakit tertentu, maka untuk mengobatinya maka
penyakitnya yang harus disembuhkan terlebih dahulu .
Penyebab
insomnia :
Sebab-sebab terjadinya insomnia
antara lain :
a. Suara
atau bunyi : Biasanya orang dapat menyesuaikan dengan suara atau bunyi sehingga
tidak mengganggu tidurnya. Misalnya seseorang yang takut diserang atau
dirampok, pada malam hari terbangun berkali-kali hanya suara yang halus
sekalipun.
b. Suhu
udara : Kebanyakan orang akan berusaha tidur pada suhu udara yang menyenangkan
bagi dirinya. Bila suhu udara rendah memakai selimut dan bila suhu tinggi
memakai pakaian tipis, insomnia ini sering dijumpai didaerah tropis.
c. Tinggi
suatu daerah ; Insomnia merupakan gejala yang sering dijumpai pada mountain
sickness (mabuk udara tipis), terjadi pada pendaki gunung yang lebih dari 3500 meter diatas permukaan
air laut.
d.
Penggunaan bahan yang mengganggu susunan saraf pusat :
insomnia dapat terjadi karena penggunaan bahan-bahan seperti kopi yang
mengandung kafein, tembakau yang mengandung nikotin dan obatobat pengurus badan
yang mengandung anfetamin atau yang sejenis.
Tipe-tipe insomnia :
Insomnia terdiri atas 3 tipe :
a. Tidak
bisa masuk atau sulit masuk tidur yang disebut juga insomnia inisial dimana
keadaan ini sering dijumpai pada orang-orang muda. Berlangsung selama 1-3 jam
dan kemudian karena kelelahan ia bisa tertidur juga. Tipe insomnia ini bisa
diartikan ketidakmampuan seseorang untuk tidur.
b. Terbangun
tengah malam beberapa kali, tipe insomnia ini dapat masuk tidur dengan mudah,
tetapi setelah 2-3 jam akan terbangun dan tertidur kembali, kejadian ini dapat
terjadi berulang kali. Tipe insomnia ini disebut jaga intermitent
insomnia.
c. Terbangun
pada waktu pagi yang sangat dini disebut juga insomnia terminal, dimana pada
tipe ini dapat tidur dengan mudah dan cukup nyenyak, tetapi pada saat dini hari
sudah terbangun dan tidak dapat tidur lagi .
Dampak
insomnia
Insomnia dapat memberi efek pada
kehidupan seseorang, antara lain :
a.
Efek fisiologis
: Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress
b. Efek
psikologis : Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi, kehilangan motivasi, depresi dan lain-lain.
c. Efek
fisik/somatic : Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi dan sebagainya.
d. Efek
sosial : Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat
promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan
keluarga.
e.
Kematian orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam
memiliki angka harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam
semalam.
Hal ini mungkin disebabkan karena
penyakit yang mengindiksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup .
Banyak hal yang dapat memicu Insomnia, salah satunya adalah
merokok.
Salah satu
zat yang terkandung dalam rokok adalah nikotin. Nikotin ini digolongkan dalam
kelompok zat stimulant. Efek stimulan dari nikotin yang kuat dapat menyebabkan
gangguan tidur. Perokok ternyata membutuhkan waktu lebih lama untuk tertidur
dibanding orang yang tidak merokok. Secara teoritis, nikotin akan hilang dari
otak dalam waktu 30 menit. Tetapi reseptor di otak seorang pecandu seolah
menagih nikotin lagi, sehingga mengganggu proses tidur.
Pada pecandu
akut yang baru mulai kecanduan rokok, selain lebih sulit tidur, mereka juga
dapat terbangun oleh keinginan kuat untuk merokok setelah tidur kira-kira 2
jam. Setelah merokok mereka akan sulit untuk tidur kembali karena efek stimulan
dari nikotin. Saat tidur, proses ini akan berulang dan ia terbangun lagi untuk
merokok.
Sedangkan
pada tahap lanjut, perokok mengalami gangguan kualitas tidur yang dipicu oleh
efek ‘menagih’ dari kecanduan nikotin. Dari perekaman gelombang otak di
laboratorium tidur, didapatkan bahwa perokok lebih banyak tidur ringan
dibandingkan tidur dalam; terutama pada jam-jam awal tidur. Akibatnya, dari
penelitian tersebut didapatkan, jumlah orang yang melaporkan rasa tak segar
atau masih mengantuk saat bangun tidur pada perokok adalah 4 kali lipat dibandingkan
orang yang tidak merokok.
0 komentar:
Posting Komentar